Selasa, 09 Agustus 2011

Kurikulum 2013, Benar-benar Ditelanjangi di Kampus UNJ oleh Praktisi Pendidikan

Minggu, 7 April 2013 adalah tanggal yang tak pernah terlupakan oleh saya sebagai seorang guru. Sekitar 200 orang guru hadir di Aula perpustakaan unj Rawamangun Jaktim. Mungkin ini adalah sejarah baru, dimana para guru yang kritis berani berbicara kepada pemerintah dan mengkritisi kebijakannya.

Kami hadir untuk mendapatkan informasi seputar kurikulum baru, dan kesiapan guru dalam menghadapinya. Tema seminar nasional yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNJ dan bekerjasama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) adalah Kesiapan Guru Dalam Kurikulum Baru dan Problematika yang Dihadapinya.

Saya diminta memberikan sambutan mewakili ketua Umum IGI Pusat, Pak Satria Darma. Acara dibuka oleh Bapak Dr. Supriyanto, Pembantu Rektor 4 UNJ. Sebelumnya, ketua panitia dari BEM UNJ memberikan laporannya.

Nara sumber yang hadir sangat luar biasa. Bu Dian dari kemdikbud, bu Nara dosen UNJ, dan pak Jimmy dosen UNJ benar-benar menelanjangi kurikulum 2013. Saya akan berikan materi presentasi mereka segera.

Bu Dian mengatakan bahwa pelatihan guru akan dilaksanakan 2 tahap oleh kemdikbud. Hanya 10 % saja guru yang mendapatkan pelatihan guru di Indonesia. Kurikulum 2013 akan diterapkan 30 % di SD, 20 % di SMP, dan 100 % di SMA. Sekolah yang paling bagus akreditasinya akan diberi kesempatan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013. Guru adalah kunci dalam suksesnya pelatihan ini, maka guru akan didampingi tim pendamping kurikulum yang terdiri dari para dosen di perguruan tinggi.

Ada data mengejutkan, ternyata kurikulum baru ini bakal diterapkan HANYA pada 10% SD, 20% SMP, dan (tetap) 100% SMA. Nah, nggak tahu nanti apa SMA masih tetap sanggup 100% sekolah se-Indonesia atau didiskon jadi 20% kayak SMP (ingat, sebelum ini SMP 100% se-Indonesia lho ya)….

“Tadi mau nanya kritis tapi sungkan (soalnya saya moderator), kalau hanya 10% dan 20% kayak gitu, apa iya namanya tetap kurikulum 2013 dan bukannya uji coba dulu saja? Terus kalau cuman sedikit sekolah yang diterapkan, apa anggaran tetap Rp 2,49 triliun nih….(Begitu tulisan Sekjen IGI, M. Ihsan di facebook).

Silahkan baca beritanya di koran Kompas cetak bagian pendidikan senin, 8 april 2013.

Bu Nara dalam presentasinya mengatakan, permasalahan mendasar kurikulum 2013 adalah tidak melalui riset dan evaluasi yang mendalam, memberatkan siswa, ketidaksiapan guru karena terkesan mendadak, tematik lebih cocok diterapkan di kelas dasar, tidak memperhatikan konteks sosiologis keindonesiaan. Jumlah jam yang terlalu banyak, kendala tematik di kelas lanjut, ciri khas ke Indoensiaan direduksi dalam mulok (hanya beberapa daerah), afektif dan psikomotor tidak dibarengi dengan fasilitas yang memadai, dan justru struktur kurikulum menimbulkan potensi masalah yang besar. Terutama dengan dihapuskannya matpel TIK, dan pelajaran lainnya dalam kurikulum 2013. Bu Nara menambahkan bahwa penyiapan guru membutuhkan waktu yang lama. Tidak hanya sekali atau dua kali pelatihan saja.

Moderator mas Muhammad Ihsan (Sekjen IGI Pusat) juga tak kalah luar biasanya di sesi satu seminar nasional ini. Tak lupa tim live streaming pak Ruki, dkk menyiapkan live agar seminar bisa didengar secara langsung di dalam maupun luar negeri. Sayangnya, di tengah jalan listrik PLN mati. Acarapun sempat terhenti beberapa saat. Rupanya ada pemadaman bergilir dari PLN.

Tegang! Itulah yang terjadi. Saya langsung spontan bicara di depan peserta untuk tetap mendengarkan walaupun aliran listrik dari PLN mati. Sebagai guru kita sudah terbiasa dalam kondisi apapun. Acarapun dilanjutkan dan semua pembicara turun dari panggung dan mendekat ke peserta. Suasana menjadi lebih hidup kembali ketika panitia mahasiswa bem unj sudah siap dengan wireless batteray.

Acara pun dilanjutkan dengan sesi tanya jawab secara langsung. Audiens begitu bersemangat untuk bertanya kepada nara sumber. Saya sendiri sudah gatel ingin live tweet atau buka facebook saya. Namun apa daya batteray blckberry saya low battery. Terpaksalah saya hanya melihat dan mendengarkan dialog yang sangat langka itu.

Mbak Dhita direktur program kegiatan igi pusat nampak serius mencatat semua paparan pembicara dan pertanyaan peserta. Kamera pun disiapkan utk bisa diupload di youtube oleh tim dari ibu Itje Chodijah.

Inilah seminar nasional yang sangat berisi daripada seminar nasional yang ada saat ini, meskipun listrik pln mati. Selain itu, Mas ihsan sangat piawai sekali membawakan acara. Intinya, kurikulum 2013 belum siap diterapkan di Indonesia dan anggota DPR Komisi X harus menolak anggaran dananya yang membengkak menjadi 2,49 trilyun agar uang rakyat tak terbuang sia-sia. Saya pun menjadi semakin yakin kenapa kurikulum ini harus ditolak. Sebab kurikulum ini diterapkan dengan pendekatan kekuasaan tanpa kajian ilmiah yang benar. Terjadilah hukum rimba dalam dunia pendidikan kita.

Tentu saya akan mengupload semua file yang saya dapatkan hari ini dari para nara sumber. Namun apa daya internet speedy saya di rumah ada gangguan. Jadi saya hanya bisa menuliskannya secara bertahap di status facebook blackberry jadul saya ini. Semoga besok pagi bisa saya upload di sekolah dan teman-teman guru yang tidak hadir bisa ikut merasakan apa yang kami rasakan selama acara berlangsung. Pak Ruki dengan timnya juga sudah siap dengan rekaman streamingnya dan siap diupload di internet. Anda bisa melihat alamat url linknya di status facebook saya terdahulu. Edu Radio (streaming) akan menyiarkan sejak pukul 07.00 secara Live.
Seminar tetap berlangsung guyup meskipun listrik mati dari PLN. Para peserta semakin menggebu-gebu bertanya kepada nara sumber. Sekitar 200 orang guru menjadi tahu bahwa banyak yang tidak beres dalam kurikulum 2013. Kompetensi Inti yang harus diperbaiki, Kompetensi dasar yang harus dikembangkan, proses penilaian yang belum matang, dan lain-lain. Kami pun menjadi tercengang dibuatnya ketika para nara sumber itu menyampaikannya dalam bahasa yang sangat sederhana. Kami semua tak beranjak dari tempat duduk kami.

Kini saatnya guru bersatu, dan bersuara untuk menolak kurikulum 2013 yang ternyata belum diterapkan ke semua sekolah di Indonesia. Jadi lebih tepatnya kurikulum ini belum bisa disebut sebagai kurikulum 2013 sebab sifatnya masih uji coba, tidak diterapkan di seluruh sekolah, dan belum tentu berhasil diterapkan implementasinya di sekolah.

Para hadirin yang hadir menjadi tercerahkan, dan lebih memahami kenapa kita harus menolak kurikulum 2013. Kita pun menjadi tahu bahwa ujung-ujungnya duit dan bukan lagi akademik. Penerapan kurikulum 2013 dengan pendekatan kekuasaan jelas bernuansa politik dan harus dikritik oleh para cendikiawan dan para guru sebagai praktisi di lapangan. Guru tidak lagi diam membisu dan menerima begitu saja kurikulum ini sementara para guru besar di perguruan tinggi belum sepakat akan hal ini. Gerakan penolakan kurikulum 2013 pun semakin membesar di seluruh Indonesia.

Dalam tanya jawab yang semakin seru, para nara sumber seminar seperti ibu Dian (kemdikbud), ibu Hartini Nara (dosen fip unj), dan pak Jimmy Phaat (dosen fbs unj) menjawab semua pertanyaan peserta dengan sangat baik sekali. Mas ihsan  (Sekjen IGI Pusat) juga sangat pandai sekali membawakan acara meskipun listrik mati. Beberapa wartawan dan blogger saya lihat sangat cepat melakukan reportasenya. Pak Nur dari harian Terbit, dan mbak Ester Napitupulu dari Kompas telah siap meliput acara seminar di Perpustakaan kampus UNJ.

Sesi kedua acara seminar kesiapan guru menghadapi kurikulum baru lebih seru lagi. Bi itje (Dewan pakar IGI Pusat), bu Retno (Sekjend FSGI), dan pak Laode (Staf Ahli DPR) memberikan sejumlah data dan fakta bila kurikulum 2013 belum bisa diterapkan saat ini. Sangat berbahaya buat guru, peserta didik, dan orang tua murid. Presiden SBY harus menunda dulu kurikulum 2013 sampai siap dan disempurnakan. Bila pemerintah masih ngeyel, tak ada jalan lain kecuali tolak kurikulum 2013, dan para guru menolak mengajar dengan kurikulum baru yang belum dikaji secara ilmiah. Hal ini dilakukan demi menyelamatkan anak bangsa dan bukan menolak perubahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar